Sejarah Masuknya Islam ke Buol
TIDAK Banyak yang tahu bahwa penyebaran Islam di Buol sangat dipengaruhi
oleh seorang Sultan dari Ternate yang bernama Sultan Nuku. Atas
jasanya, Raja Buol kemudian memberi gelar Sultan Pondu kepadanya.
Oleh: Alamsyah
Ketua Majelis Adat Kecamatan Biau, Nasarudin Mangge, Selasa (24/8) mencoba mengisahkan kembali sejarah masuknya Islam ke Buol berdasarkan referensi beberapa buku sejarah Buol, dan cerita turun-temurun dari orang-orang terdahulu.
Seperti umumnya daerah-daerah lain, pengaruh Islam masuk pertama kali di Buol dibawa oleh para pedagang Arab yang menyebarkan Islam sambil melakukan perniagaan. Para pedagang yang berlayar dari Samudera Pasai ini, melewatkan Pulau Sulawesi dan langsung menuju Maluku karena daerah ini terkenal dengan rempah-rempahnya. Mulai saat itu pengaruh Islam telah tersebar di Maluku dan sekitarnya, termasuk Ternate, yang pada saat itu Sultannya bernama Sultan Nuku.
Dikisahkan Nasarudin, sekitar Abad ke 15, layaknya raja-raja zaman dahulu yang suka berkelana, Sultan Nuku berlayar dari Ternate dan akhirnya terdampar di pesisir Pantai Buol kemudian memilih menetap untuk beberapa saat dan meminang Putri Buol bernama Mina Ari sebagai isterinya. Dari sinilah Islam mulai tersebarkan di Buol.
“ Sultan Nuku balik lagi ke Ternate dan menceritakan kepada para pedagang Arab tentang kondisi Buol yang memungkinkan untuk penyebaran ajaran Islam, rekomendasi Sultan ini di respon oleh para pedagang Arab dan akhirnya berangkatlah mereka bersama Sultan ke tanah Buol dengan misi penyebaran ajaran Islam sekaligus perdagangan,” tutur Nasarudin.
Menurut cerita turun-temurun yang di dengarnya, dari seluruh wilayah di pesisir utara sulawesi, yang meliputi wilayah Tolitoli, Buol, Gorontalo dan Manado, Buol adalah wilayah yang pertama kali masuk Ajaran Islam.
Sultan Nuku sangat memperhatikan keberlangsungan ajaran Islam di Buol serta pertahanan dan keamanan kerajaan Buol pada waktu itu. Sewaktu Kerajaan Buol diserbu oleh orang-orang Mindanau (Philipina Selatan) Sultan Nuku memberikan kontribusi yang besar dalam mempertahankan wilayah Buol, dengan memberikan bantuan meriam yang mampu menghalau serbuan orang-orang Mindanau.
“Pondu dalam bahasa daerah Buol artinya meriam atau bunyi meriam, itulah gelar yang diberikan kepada Sultan Nuku, yang dalam sejarah Buol dikenal dengan nama Sultan Pondu,” terangnya.
Menurut Nasarudin, seperti inilah sejarah masuknya Islam tanah Buol menurut buku sejarah yang dibacanya dan cerita orang-orang terdahulu. Akan tetapi ia sangat menyesalkan tidak adanya bangunan sejarah Islam yang masih bertahan di Buol ini.
“Keprihatinan saya dan juga sebagian besar kalangan, bahwa tidak ada lagi bangunan bersejarah Islam yang masih bertahan di kabupaten ini,” sesalnya.
Akan tetapi menurutnya, bukti bahwa para pedagang Arab lah yang menyebarkan Islam pertama kali di Buol adalah dengan diangkatnya orang Arab sebagai Tuan Kadi ( pemuka Agama) Islam pertama di Buol sebagai penghargaan kerajaan Buol atas jasa pedagang Arab yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Buol.
sumber: http://www.harianmercusuar.com/?vwdtl=ya&pid=7435&kid=all
Oleh: Alamsyah
Ketua Majelis Adat Kecamatan Biau, Nasarudin Mangge, Selasa (24/8) mencoba mengisahkan kembali sejarah masuknya Islam ke Buol berdasarkan referensi beberapa buku sejarah Buol, dan cerita turun-temurun dari orang-orang terdahulu.
Seperti umumnya daerah-daerah lain, pengaruh Islam masuk pertama kali di Buol dibawa oleh para pedagang Arab yang menyebarkan Islam sambil melakukan perniagaan. Para pedagang yang berlayar dari Samudera Pasai ini, melewatkan Pulau Sulawesi dan langsung menuju Maluku karena daerah ini terkenal dengan rempah-rempahnya. Mulai saat itu pengaruh Islam telah tersebar di Maluku dan sekitarnya, termasuk Ternate, yang pada saat itu Sultannya bernama Sultan Nuku.
Dikisahkan Nasarudin, sekitar Abad ke 15, layaknya raja-raja zaman dahulu yang suka berkelana, Sultan Nuku berlayar dari Ternate dan akhirnya terdampar di pesisir Pantai Buol kemudian memilih menetap untuk beberapa saat dan meminang Putri Buol bernama Mina Ari sebagai isterinya. Dari sinilah Islam mulai tersebarkan di Buol.
“ Sultan Nuku balik lagi ke Ternate dan menceritakan kepada para pedagang Arab tentang kondisi Buol yang memungkinkan untuk penyebaran ajaran Islam, rekomendasi Sultan ini di respon oleh para pedagang Arab dan akhirnya berangkatlah mereka bersama Sultan ke tanah Buol dengan misi penyebaran ajaran Islam sekaligus perdagangan,” tutur Nasarudin.
Menurut cerita turun-temurun yang di dengarnya, dari seluruh wilayah di pesisir utara sulawesi, yang meliputi wilayah Tolitoli, Buol, Gorontalo dan Manado, Buol adalah wilayah yang pertama kali masuk Ajaran Islam.
Sultan Nuku sangat memperhatikan keberlangsungan ajaran Islam di Buol serta pertahanan dan keamanan kerajaan Buol pada waktu itu. Sewaktu Kerajaan Buol diserbu oleh orang-orang Mindanau (Philipina Selatan) Sultan Nuku memberikan kontribusi yang besar dalam mempertahankan wilayah Buol, dengan memberikan bantuan meriam yang mampu menghalau serbuan orang-orang Mindanau.
“Pondu dalam bahasa daerah Buol artinya meriam atau bunyi meriam, itulah gelar yang diberikan kepada Sultan Nuku, yang dalam sejarah Buol dikenal dengan nama Sultan Pondu,” terangnya.
Menurut Nasarudin, seperti inilah sejarah masuknya Islam tanah Buol menurut buku sejarah yang dibacanya dan cerita orang-orang terdahulu. Akan tetapi ia sangat menyesalkan tidak adanya bangunan sejarah Islam yang masih bertahan di Buol ini.
“Keprihatinan saya dan juga sebagian besar kalangan, bahwa tidak ada lagi bangunan bersejarah Islam yang masih bertahan di kabupaten ini,” sesalnya.
Akan tetapi menurutnya, bukti bahwa para pedagang Arab lah yang menyebarkan Islam pertama kali di Buol adalah dengan diangkatnya orang Arab sebagai Tuan Kadi ( pemuka Agama) Islam pertama di Buol sebagai penghargaan kerajaan Buol atas jasa pedagang Arab yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Buol.
sumber: http://www.harianmercusuar.com/?vwdtl=ya&pid=7435&kid=all
Komentar
Posting Komentar